Oleh karena itu definisi kesuburan tanah dibedakan lagi menjadi dua yaitu kesuburan tanah aktual, yaitu kesuburan tanah hakiki (aseli/alamiah) dan kesuburan tanah potensial, yaitu kesuburan tanah maksimum yang dapat diperoleh dengan intervensi teknologi yang mengoptimumkan semua faktor, misalnya dengan memasang instalasi pengairan untilk lahan yang tidak tersedia air secara terus menerus atau yang lainnya.
Nilai kesuburan tanah tidak dapat diukur atau diamati tetapi hanya dapat diperkirakan (ditaksir). Perkiraan nilainya dapat dilakukan berdasarkan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang terukur, yang kemudian dihubungkan/dikaitkan dengan penampilan (performance) tanaman menurut pengalaman atau hasil penelitian sebelumnya. Kesuburan tanah juga dapat ditaksir dengan mengamati keadaan tanaman secara langsung.
Dengan cara pertama hanya dapat diketahui sebab-sebab yang menentukan kesuburan tanah, sedangkan dengan cara kedua hanya dapat diketahui tanggap (reaksi) tanaman terhadap keadaan tanah yang dihadapinya.
Komponen Kesuburan Tanah
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, secara garis besar beberapa komponen yang dapat mempengaruhi nilai kesuburan tanah adalah: sifat fisika tanah, sifat kimia tanah, sifat biologi tanah, faktor eksternal dan interaksi diantaranya.
Sifat fisika tanah ditunjukkan dengan tekstur dan struktur tanahnya. Ada tanah yang bertekstur kasar sampai halus. Semakin halus tekstur tanah semakin banyak air yang dapat diikat. Struktur tanah ada yang keras sampai remah/gembur. Tanah yang gernbur akan mengoptimalkan perkembangkan akar tanaman.
Sifat kimia tanah ditunjukkan dengan nilai pH/keasaman dan kandungan unsur hara di dalam tanah. Nilai pH optimum (sekitar 7) akan memudahkan unsur hara tersedia bagi tanaman.
Sifat biologi tanah adalah keadaan mahkluk hidup baik tumbuhan maupun hewan dari yang besar sampai yang sangat kecil (mikroorganisme). Keberadaan mereka ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan. Beberapa mikroorganisme menyebabkan gangguan pada pertumbuhan tanaman misal Pythium (penyebab penyakit akar) dan Fusarium penyebab penyakit layu pada sayur dan buah-buahan.
Sedangkan yang menguntungkan antara lain cacing tanah, bakteri yang dapat mengubah CO menjadi CO2 dan Actinomycetes yang dapat menghasilkan antibiotik bagi tanaman.
Faktor eksternal adalah iklim setempat yang dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah. Intensitas sinar matahari, curah hujan, kelembaban kecepatan angin dan sebagainya dapat memberikan pengaruh yang baik rnaupun sebaliknya. Selain itu interaksi antara berbagai komponen yang telah disebutkan akan memberikan pengaruh yang spesifik terhadap kesuburan tanah.
Patut diingat bahwa setiap jenis tanaman mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda terhadap kondisi tanah, sehingga setiap interaksi berbagai komponen tersebut akan memberikan reaksi ysng berbeda pula terhadap pertumbuhan tanaman.
Untuk menentukan nilai kesuburan tanah maka perlu dilakukan evaluasi kesuburan tanah. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk melakukan evaluasi adalah: analisis tanah, mengamati gejala-gejala pada pertumbuhan tanaman, analisis tanaman, percobaan di lapangan dan percobaan di rumah kaca.
Analisis tanah dilakukan untuk mengetahui pH, kandungan unsur hara, bahan organik dan sebagainya sehingga akan diketahui kandungannya untuk dibandingkan dengan kebutuhan pada masing-masing tanaman. Dengan berbagai kegiatan tersebut akan diketahui status kesuburan tanah dan selanjutnya dapat ditentukan tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanahnya misalnya dengan pemupukan atau pengairan.
Dari hasil evaluasi kesuburan tanah baru bisa ditetapkan langkah-langkah untuk mengembalikan kesuburannya, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing tanaman. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah dengan menambahkan bahan organik, pemupukan dengan penambahan unsur hara tertentu, pengolahan lahan, pengairan dan drainase.
Yang perlu menjadi perhatian adalah agar kegiatan untuk menyuburkan tanah malah mengakibatkan tanah menjadi tidak subur (miskin). Selama ini sudah terlanjur menjadi paham terutama pada petani tradisional bahwa dengan menggunakan pupuk kimia otomatis dapat meningkatkan kesuburan tanahnya.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa nilai kesuburan tanah merupakan interaksi dari beberapa komponen termasuk keberadaan bahan organik dan mikroorganisme yang berada di dalam tanah. Keberadaan mikroorganisme ini semakin berkurang seiring dengan peningkatan penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Padahal keberadaan mikroorganisme tersebut dibutuhkan untuk perombakan bahan organik agar tersedia untuk tanaman, menekan perkembangan mikroorganisme tanah yang dapat menimbulkan penyakit pada tanaman dan yang lainnya.
Pegembalian bahan organik sudah jarang dilakukan lagi karena dinilai tidak praktis, padahal dalam bahan organik tersebut juga tersedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman selain juga dapat memperbaiki struktur tanah (keras menjadi lebih gembur).
Itulah sebabnya dalam setiap kesempatan Pertanian Sehat Indonesia senantiasa memberikan pengetahuan kepada petani binaannya agar kembali menggunakan bahan organik untuk pertanamannya. Cara ini terbukti mengembalikan kesuburan tanahnya.
*Sumber
Berbagai Sumber
No comments